Polisi dan Demonstran Bentrok dalam Protes Anti-Imigran di London

Bentrok di London
Polisi menghadapi para demonstran anti-imigran, yang merupakan pendukung aktivis sayap kanan Inggris Tommy Robinson, dalam pawai Kebebasan Berbicara di pusat kota London pada Sabtu (13/09/2025).(CARLOS JASSO)

London. RU – Bentrokan besar pecah di Ibu Kota Inggris setelah lebih dari 100.000 pengunjuk rasa berbaris di pusat kota London pada Sabtu (13/09/2025), membawa bendera Inggris dan Britania Raya dalam salah satu demonstrasi sayap kanan terbesar di Inggris dalam beberapa dekade terakhir.

Kepolisian Metropolitan London mengatakan pawai “Unite the Kingdom”, yang diorganisasi oleh aktivis anti-imigran Tommy Robinson, dihadiri oleh sekitar 110.000 orang, yang dipisahkan dari protes balasan “Stand Up to Racism” yang dihadiri oleh sekitar 5.000 orang.

Polisi tampak terkejut dengan besarnya jumlah peserta, menggambarkan demonstrasi itu “terlalu besar untuk masuk ke Whitehall,” sebuah jalan lebar yang dipenuhi gedung-gedung pemerintah, di rute pawai yang telah disetujui.

Kepolisian mengatakan bahwa petugas yang berusaha mencegah pengunjuk rasa menyimpang dari rute tersebut menghadapi “kekerasan yang tidak dapat diterima”. Petugas kepolisian dilaporkan ditendang dan dipukul serta dilempari botol, suar, dan proyektil lainnya.

Polisi mengatakan 26 petugas terluka, termasuk empat yang mengalami luka serius. Sebanyak 25 orang telah ditangkap, yang menurut kepolisian “baru permulaan.”

“Kami sedang mengidentifikasi mereka yang terlibat dalam kerusuhan dan mereka diperkirakan akan menghadapi tindakan tegas dari polisi dalam beberapa hari dan minggu mendatang,” kata Asisten Komisaris Matt Twist, sebagaimana dilansir Reuters.

Pawai tersebut merupakan puncak dari musim panas yang menegangkan di Inggris, termasuk protes yang digelar di luar hotel-hotel yang menampung para migran.

Para demonstran membawa bendera Union Inggris dan Salib St. George merah-putih milik Inggris, sementara yang lain membawa bendera Amerika dan Israel serta mengenakan topi “Make America Great Again” atau MAGA milik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang mengkritik Perdana Menteri Keir Starmer dan membawa plakat, termasuk beberapa yang bertuliskan “pulangkan mereka.”

“Hari ini adalah percikan revolusi budaya di Inggris Raya, inilah momen kita,” ujar Robinson dalam pidatonya kepada para pendukung, seraya mengatakan bahwa mereka telah menunjukkan “gelombang patriotisme yang dahsyat.”

Robinson, yang memiliki nama asli Stephen Yaxley-Lennon, menggambarkan dirinya sebagai jurnalis yang mengungkap kesalahan negara. Partai politik anti-imigran terbesar di Inggris, Reform UK, yang telah menduduki puncak jajak pendapat dalam beberapa bulan terakhir, telah menjaga jarak dari Robinson, yang telah beberapa kali dihukum karena tindak pidana.

Polisi mengatakan mereka telah mengerahkan lebih dari 1.600 petugas di seluruh London pada hari Sabtu, termasuk 500 yang didatangkan dari kepolisian lain. Selain mengawasi dua demonstrasi tersebut, kepolisian London juga disibukkan dengan pertandingan sepak bola dan konser-konser besar.

Imigrasi telah menjadi isu politik dominan di Inggris, mengalahkan kekhawatiran atas ekonomi yang terpuruk, karena negara tersebut menghadapi rekor jumlah klaim suaka. Lebih dari 28.000 migran telah tiba dengan perahu-perahu kecil melintasi Selat Inggris sepanjang tahun ini.

Bendera merah putih Inggris telah berkibar di sepanjang jalan dan dicat di jalanan. Para pendukung menyebutnya sebagai kampanye spontan untuk kebanggaan nasional, tetapi para pegiat anti-rasisme melihat pesan permusuhan terhadap orang asing.(TH05)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *