Batam. RU – Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haythar, membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Keistimewaan Aceh (Musrenbang-KA) 2025 di Batam, Kepulauan Riau, Minggu (23/11/2025).
Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa syukur dapat bertemu masyarakat Aceh di wilayah itu serta berharap kegiatan tersebut mempererat kerja sama dengan Batam dan Provinsi Kepulauan Riau.
Malik Mahmud menilai Batam memiliki posisi strategis sebagai simpul ekonomi dan gerbang internasional, sejalan dengan orientasi Aceh yang ingin terhubung lebih kuat dengan Sumatra dan ASEAN.
Ia menegaskan posisi Aceh sebagai western gate of ASEAN merupakan modal besar untuk memperkuat kolaborasi kawasan, khususnya sektor maritim, industri halal, energi, dan pariwisata.
“Seperti saya sampaikan, Aceh itu sebenarnya dekat dengan daerah ini. Bahkan wilayah seperti Singapura pun memiliki sejarah yang terhubung dengan Aceh di masa lalu. Karena itu menjadi kewajiban kita bersama untuk merapatkan kembali hubungan antara Aceh dan kawasan ini, baik secara ekonomi, sosial, maupun budaya,” ujarnya.
Menurutnya, keistimewaan Aceh di bidang adat, budaya, dan syariat bukan sekadar identitas, melainkan pilar strategis yang memberi nilai tambah pada ekonomi budaya, pendidikan Islam, dan diplomasi masyarakat.
Ia menekankan bahwa arah pembangunan 2025 harus fokus pada integrasi regional, penguatan tata kelola keistimewaan, konektivitas Aceh–Sumatra–ASEAN, serta pemanfaatan perdamaian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Di akhir sambutan, Malik Mahmud mengajak peserta musyawarah menjaga persatuan, berinovasi, dan mengangkat martabat rakyat Aceh agar daerah itu semakin maju dan kompetitif.
Mewakili Wali Kota Batam, Kepala DPMPTSP Batam, Reza Khadafy, SSTP., MPA., menyampaikan apresiasi atas kehadiran Wali Nanggroe.
“Atas nama Pemerintah Kota Batam, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe. Kami percaya bahwa kegiatan ini membawa manfaat tidak hanya bagi masyarakat Aceh, tetapi juga bagi Batam,” katanya.
Reza menambahkan bahwa hubungan Aceh dan Batam terjalin kuat sejak lama. Warga Aceh telah bermukim di kota itu, membangun meunasah, merayakan maulid, serta berperan aktif dalam dinamika sosial dan ekonomi.
Ia berharap lebih banyak kegiatan Pemerintah Aceh digelar di Batam untuk memperkuat jejaring antardaerah.(*)















