BBPA Gelar FTBI, Lestarikan Bahasa Aceh dan Gayo

BBPA
Panitia berfoto bersama peserta Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 yang digelar Balai Bahasa Provinsi Aceh, Sabtu (22/11/2025). (Foto: ANTARA)

Banda Aceh. RU – Balai Bahasa Provinsi Aceh (BBPA) kembali menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat provinsi 2025 sebagai upaya revitalisasi bahasa Aceh dan Gayo yang kini berstatus rentan akibat menurunnya jumlah penutur.

“Ini tahun ketiga kami melaksanakan FTBI sejak 2023, kami memilih bahasa Aceh dan Gayo untuk direvitalisasi karena hasil kajian vitalitas bahasa tahun 2019 menunjukkan kedua bahasa tersebut berada posisi rentan. Melalui kegiatan FTBI ini, kami berusaha agar posisi vitalitas bahasa Aceh dan Gayo kembali ke status aman,” kata Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh, Umar Solikhan, dikutip Minggu (23/11/2025).

Umar menjelaskan, FTBI 2025 diikuti oleh seratusan peserta dari Kota Banda Aceh, Bener Meriah, Aceh Barat, Kabupaten Bireuen, Pidie, Aceh Tengah, Aceh Besar, dan Gayo Lues.

Ada enam jenis lomba yang dipertandingkan pada FTBI 2025 ini, yaitu menulis dan membaca puisi, menulis cerita pendek, mendongeng, lawakan tunggal, pidato, dan tembang tradisi.

Seluruh rangkaian kegiatan digelar di Banda Aceh pada 21–24 November 2025.

Umar menambahkan bahwa FTBI telah masuk ke dalam Manajemen Talenta Nasional (MTN) Kemendikdasmen, sehingga para juaranya dapat disejajarkan dengan peraih prestasi di bidang lain, seperti olimpiade dan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).

“Artinya, para juara FTBI sesuai dengan tingkatannya nantinya akan punya peluang untuk pengembangan talenta tingkat nasional dan bisa menggunakan sertifikatnya untuk melanjutkan pendidikan melalui jalur prestasi,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, Syaridin, mewakili Gubernur Aceh, menyatakan bahwa Aceh merupakan daerah yang kaya warisan bahasa.

Selain bahasa Aceh, ada pula bahasa Gayo, Alas, Kluet, Haloban, Devayan, dan lainnya yang merupakan identitas, jati diri, sekaligus kekuatan budaya masyarakat Aceh.

Namun, ia menyayangkan kekayaan tersebut justru menghadapi tantangan serius di tengah arus globalisasi yang mengakibatkan menurunnya jumlah penutur muda.

Karena itu, kata dia, Pemerintah Aceh memberikan memberikan dukungan dan apresiasi atas upaya revitalisasi bahasa Aceh dan Gayo melalui FTBI yang diselenggarakan Balai Bahasa Aceh.

Dia berharap FTBI dapat menumbuhkan kebanggaan generasi muda dalam menggunakan bahasa daerah, memperkuat komitmen pemerintah daerah dan sekolah dalam menjaga serta melestarikan bahasa ibu, sekaligus mendorong inovasi pembelajaran bahasa daerah yang menyenangkan, kontekstual, relevan, dan sesuai perkembangan zaman.(TH05)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *