Mengenal Tari Seudati, Tarian Tradisi Aceh yang Dibawakan oleh Laki-laki

Seudati
Pementasan Tari Seudati. (Foto: Dok Gramedia)

Banda Aceh. RU – Seni tari biasanya dibawakan oleh penari wanita. Tapi taukah kalian, bahwa di Aceh ada tarian yang hanya boleh dimainkan oleh penari laki-laki, karena tarian ini sesungguhnya bukan untuk mempertontonkan sifat lemah gemulai, tapi sebaliknya tarian ini mengusung makna keteguhan iman, semangat juang, dan jiwa kepahlawanan dari seorang pria Aceh.

Tari ini dinamakan Tari Seudati, yang awal perkembangan dulu, dijadikan sebagai sarana penyebaran dakwah agama Islam yang dilakukan di Tanah Rencong.

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya syair di dalam tarian Seudati yang menceritakan tentang ajaran dan juga nilai-nilai Islam.

Di dalam pementasannya, tari Seudati umumnya dilakukan oleh 8 orang penari, dipimpin oleh seorang Syeikh.

Sejarah Tari Seudati

Tari Seudati merupakan salah satu kesenian tari tradisional yang awalnya berkembang di daerah pesisir Aceh.

Berdasarkan sejarahnya, tarian ini asalnya dari Desa Gigieng (sekarang masuk wilayah Kecamatan Simpang Tiga, kabupaten Pidie).

Awalnya tari Seudati diprakarsai oleh seseorang yang bernama Syeh Tam, yang kemudian berkembang lebih luas di Aceh dan dipopulerkan oleh Syeh Ali Didoh di daerah Mutiara, Pidie.

Sedangkan asal mula kata Seudati yang digunakan untuk menyebut tarian tersebut diyakini berasal dari bahasa Arab, yang artinya syahadati atau syahadatain.

Syahadat adalah sebuah bentuk atau kalimat pengakuan terhadap keesaan Allah SWT, serta mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah rasul atau nabi yang diutus langsung oleh Allah SWT.

Fungsi Tari Seudati

Selain digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan Agama Islam, tarian ini juga digunakan untuk menghibur masyarakat. Berikut ini adalah beberapa fungsi tari Seudati bagi Masyarakat Aceh.

1. Membangkitkan Semangat

Menurut kategori jenis tarian, tari Seudati termasuk ke dalam kategori jenis tarian Tribal War Dance atau tarian perang.

Hal tersebut berdasar kepada syair atau lirik lagu pengiring tarian yang diisi dengan kata-kata dan kalimat yang membangkitkan semangat.

Bahkan saat masa kolonial Belanda, tari Seudati dilarang untuk dipentaskan.

Syair yang ada di dalam lagu tarian Seudati mampu menggugah semangat para pemuda serta menginspirasi aksi pemberontakan terhadap penjajah Belanda. Lalu, setelah Indonesia dinyatakan merdeka, tarian ini mulai diperbolehkan untuk dipentaskan.

2. Mengajarkan Nilai Kehidupan

Selain digunakan sebagai pembangkit semangat, tari Seudati juga mengandung sebuah filosofi atau makna tentang kehidupan.

Di dalam syair tarian ini, kadangkala disisipkan sebuah cerita mengenai persoalan hidup serta kehidupan sosial sehari-hari. Sehingga bisa menjadi sebuah solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

3. Sarana Dakwah dan Penyebaran Agama Islam

Di dalam bait lirik lagu pengiring tarian ini, juga terdapat lirik-lirik yang memuat tentang ajaran Agama Islam. Oleh sebab itu, tari Seudati juga menjadi media penyebaran serta pendidikan Agama Islam.

Masyarakat yang terhibur oleh gerakan tarian tersebut juga bisa mendapatkan pelajaran agama sekaligus.

Gerakan Penari Tari Seudati

Gerakan dari tari seudati mempunyai ciri khas yaitu semangat, heroik, gembira, dan juga penuh dengan kekompakan serta kebersamaan. Hal tersebut terlihat dari gerakan tubuh para penari ketika menarikannya.

Gerakan yang dilakukan yaitu gerakan meloncat, melangkah, dhiet atau memukul dada, petik jari, dan hentakan kaki ke lantai secara serentak. Itu semua adalah gerakan utama dalam tari ini.

Adapun gerakan dasar dari tari ini bisa dilakukan dengan dua cara.

Pertama; saat gerakan dimulai oleh pemimpin tari, kemudian diikuti oleh semua penari. Kedua; adalah melakukan hal sebaliknya.

Jika dilihat dari keseluruhan, tarian ini terdiri dari Nyap, Langkah, Rheng, Asek agai Lingiem, Keutheet atau Nyet, Dhiet, Ketrep Jaroe, dan yang terakhir adalah gerak Geddham Kaki.

Di dalam tarian ini, para penari akan melakukan setiap gerakan dalam beberapa babak dan masing-masing mempunyai karakteristik sendiri.

Babak tersebut yaitu babak glong, saleum, likok, saman, kisah, cahi panyang, lanie, dan terakhir babak penutup.

Sedangkan untuk pola lantai pada tarian ini meliputi putoh taloe, lidang jang, langleng, bintang buleun, tampong, binteh, dapu, tulak angen, dan kapai teureubang.

Perkembangan Tari Seudati

Sampai sekarang, tari Seudati terus mengalami perkembangan, banyak dipelajari generasi muda, dan tetap lestari.

Oleh sebab itu, muncul beberapa kreasi dan juga variasi dalam gerakan yang ada di tari Seudati.

Di setiap pertunjukannya, akan hadir gerakan yang baru dan juga menarik. Namun tetap tidak menghilangkan keaslian serta nilai yang ada di dalam tarian ini.

Di kehidupan masyarakat Aceh, tari seudati umumnya dilakukan pada acara adat, kebudayaan, dan perayaan agama.

Tak jarang juga ada perlombaan antar kelompok tari yang membuat masyarakat menjadi lebih antusias dengan tarian ini.

Jadi, jika Anda berkesempatan mengunjungi Aceh, cobalah untuk menyaksikan tarian ini. Dijamin Anda akan tergugah dengan semangat juang dan keteguhan iman yang ditunjukkan para penari Seudati ini.(TH05)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *