Relawan Korban Pemukulan oleh TNI Melapor ke Subdenpom

Korban Pemukulan TNI
Hermansyah usai melaporkan tindak kekerasan yang dilakukan aparat TNI terhadap dirinya. (Foto: AJNN)

Bireuen. RU – Seorang relawan bernama Hermansyah mengaku dipukuli oleh seorang anggota TNI menggunakan popor senjata saat hendak mengantarkan bantuan kemanusiaan ke Aceh Tamiang.

Tak terima atas perlakuan kasar tersebut, ia pun melaporkannya ke Subdenpom IM/1-1 Bireuen.

“Saya melaporkan aparat yang memukul saya dengan popor senjata, termasuk yang menganiaya saya di Gampong Mane Tunong, Aceh Utara, Kamis malam lalu,” kata Hermansyah dikutip Minggu (28/12/2025).

Laporan awal Hermansyah itu sudah diterima oleh Dansub Denpom IM/1-1 Bireuen, Kapten CPM Andy Setiawan pada Sabtu, 27 Desember 2025.

“Kami akan melakukan penyelidikan terlebih dahulu karena saat ini belum diketahui secara pasti siapa yang melakukan perbuatan tersebut,” kata Dansub Denpom IM/1-1 Bireuen, Kapten CPM Andy Setiawan.

Sementara, menurut Hermansyah, kejadian bermula ketika ia bersama rombongan berangkat dari Gampong Alu Kuta, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen pada Kamis pagi 25 Desember 2025.

Dalam perjalanan rombongan sempat memperbaiki kendaraan di Keude Matang selama sekitar tiga jam, lalu melanjutkan perjalanan melalui jalur alternatif Awe Geutah.

“Karena antre lama, kami sampai di Gandapura sekitar pukul 20.00 WIB. Kami makan, minum, dan beristirahat karena kelelahan,” kata Hermansyah.

Setelah merasa cukup, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menuju Aceh Tamiang menggunakan sebuah kendaraan bak terbuka yang membawa barang bantuan.

Namun, setibanya di sekitar Jembatan Krueng Mane, perbatasan Aceh Utara, mereka terjebak kemacetan karena pemeriksaan bendera oleh aparat gabungan.

“Mobil kami dihentikan dan diperiksa oleh gabungan Satlantas dan anggota TNI. Kami disuruh turun,” kata Hermansyah.

Hermansyah mengatakan dalam pemeriksaan tersebut aparat tidak menemukan bendera apa pun di dalam kendaraan mereka. Rombongan yang terdiri dari sekitar 15 orang itu kemudian diperbolehkan melanjutkan perjalanan.

Sekitar 200 meter setelah meninggalkan lokasi pemeriksaan, Hermansyah turun dari kendaraan dan melihat ke arah belakang, menyaksikan keributan dan mendengar adanya pemukulan terhadap warga sipil dan memutuskan untuk turun dari kendaraannya. 

“Saya sudah di depan, tapi dengar ada pemukulan. Saya lihat orang sipil dipukul. Saya bilang ke mereka, ‘TNI jangan memukul, kita sesama manusia’,” kata Hermansyah.

Namun upaya itu berujung pada penganiayaan terhadap dirinya, dan ia dipukuli aparat dan dihajar menggunakan popor senjata.

“Salah satu anggota yang pertama memukul saya memakai baju loreng. Yang menangkap saya bajunya warna coklat. Saya dikeroyok, dipukul dengan senjata laras panjang sampai jatuh sambil ditendang,” ujarnya.

Akibat kejadian itu, ia mengalami luka robek di kepala bagian kanan hingga mengeluarkan darah, dan sekujur badannya terasa sakit dan lebam.(TH05)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *