Kenang Tsunami dan Bencana Terbaru, Aceh Besar Gelar Doa Bersama

Bupati Aceh Besar Muharram Idris pada peringatan 21 tahun Tsunami Aceh, di Mesjid Rahmatullah, Lampuuk, Lhoknga. Jumat 26 Desember 2025. [Foto Dok : rahasiaumum.com/*]

Aceh Besar. RU – Pemerintah Kabupaten Aceh Besar menggelar doa dan zikir bersama untuk mengenang korban tsunami, gempa bumi, banjir, dan tanah longsor Aceh di Masjid Rahmatullah Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, Jumat (26/12/2025).

Kegiatan tersebut menjadi momentum refleksi sejarah, penguatan keimanan, serta ajakan memperkuat solidaritas kemanusiaan.

Doa bersama yang digelar Pemkab Aceh Besar bersama masyarakat Kemukiman Lampuuk ini dimaksudkan agar tragedi kemanusiaan tidak terputus dari ingatan generasi Aceh, sekaligus menumbuhkan empati terhadap korban bencana masa lalu dan terkini.

Tokoh masyarakat Lampuuk, H. Anwar Ahmad, mengatakan pemilihan Masjid Rahmatullah bukan tanpa alasan. Bangunan tersebut merupakan satu-satunya yang tersisa pascatsunami 2004 di kawasan Lampuuk.

“Setiap tahun selalu ada doa bersama. Tahun ini berbeda karena pertama kalinya kegiatan ini secara resmi disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten dan langsung disambut,” ujar Anwar Ahmad, Wakil Bupati Aceh Besar periode 2007–2012.

Ia juga mengimbau agar masjid yang telah direnovasi itu terus dihidupkan melalui aktivitas keagamaan, khususnya salat berjamaah.

Sementara itu, Bupati Aceh Besar H. Muharram Idris atau Syech Muharram menyampaikan rasa syukur karena masih diberi kesempatan berkumpul dan berdoa di masjid yang sarat nilai sejarah.

“Masjid Rahmatullah bukan hanya rumah ibadah, tetapi saksi hidup peristiwa besar yang mengguncang Aceh dan dunia. Kita berkumpul untuk berdoa, mengenang, serta mengambil pelajaran,” ujarnya.

Dalam doa tersebut, masyarakat memanjatkan doa bagi korban tsunami dan gempa Aceh 2004, serta korban banjir bandang dan longsor 26 November 2025 di sejumlah kabupaten.

Bupati menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban dan menegaskan musibah itu adalah duka bersama yang harus dihadapi dengan gotong royong.

Syech Muharram kemudian membagikan kesaksiannya sebagai saksi hidup tsunami 26 Desember 2004.

Ia menggambarkan gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter, surutnya air laut yang tidak biasa, serta ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya tsunami saat itu.

“Ketika gelombang kedua datang, semuanya habis. Yang tersisa hanya Masjid Rahmatullah ini,” katanya dengan suara bergetar.

Ia menekankan pentingnya mewariskan pengetahuan kebencanaan kepada generasi muda agar korban tidak kembali berjatuhan.

Mengaitkan dengan banjir bandang dan longsor 2025, Bupati menilai bencana tersebut tidak terlepas dari kerusakan hutan dan eksploitasi alam.

Menurutnya, lumpur setinggi satu hingga tiga meter yang tertinggal di rumah warga menunjukkan dampak ulah manusia terhadap lingkungan.

“Jika hutan terjaga, air hujan tidak langsung membawa lumpur ke pemukiman,” ujarnya.

Menutup sambutan, Syech Muharram mengajak masyarakat menjaga perdamaian dan membangun Aceh secara bersama.

“Aceh pernah bangkit pascatsunami dan melahirkan perdamaian. Mari kita jaga perdamaian itu agar Aceh sejajar dengan daerah lain dan bangsa-bangsa di dunia,” tuturnya.

Sebagai penceramah, Tgk. Zulbahri menekankan pentingnya doa bagi orang yang telah wafat.

Ia menyampaikan bahwa korban bencana seperti tenggelam dan tertimbun longsor termasuk golongan yang memperoleh pahala syahid.

“Doa orang hidup sangat berarti bagi mereka yang telah mendahului. Allah mengampuni dosa orang-orang yang wafat dalam musibah,” katanya.

Ia juga mengajak jamaah memperbanyak zikir, sedekah, dan selawat sebagai wujud kasih sayang kepada sesama serta penguat iman menghadapi musibah.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *