Uniknya Koreografi Tarek Pukat, Menari Sambil Bikin Jaring Diiringi Rapa’I

TarekPukat
Penari wanita menampilkan Tari Tarek Pukat dengan latar belakang Pantai Lampu'uk, Aceh Besar. (Foto: shutterstock.com)

Jantho. RU – Tarian Tarek Pukat, salah satu dari bentuk seni tari yang mengapresiasi budaya dan tradisi masyarakat Aceh pesisir, khususnya sikap gotong royong dalam aktivitas menangkap ikan menggunakan pukat darat.

Pementasan tarian ini menjadi unik karena penari yang terdiri 7-9 wanita itu benar-benar menyimpul tali yang disiapkan sebagai properti untuk membuat jaring ikan (pukat) dalam gerakan terpola yang cepat.

Dalam 10 menit, seluruh penari akan saling merajut tali, membuat jaring/pukat darat, lalu menarik pukat itu diiringi musik rapa’i dan lantunan syair gembira aktivitas nelayan saat menangkap ikan.

Dalam bahasa Aceh, Tarek Pukat berarti menarik jaring/pukat, sebuah aktivitas rutin nelayan/masyarakat pesisir di Aceh.

Dalam buku Ensiklopedia Musik dan Tari Daerah yang ditulis Firdaus Burhan (1986), menyebut tarian Tarek Pukat ini diciptakan oleh Yusrizal (alm) pada tahun 1962.

Tarian ini akan diiringi Seurune Kalee (alat musik tiup) dan Rapa’i serta tabuhan Geundrang (perkusi) dalam alunan musik tradisional yang kental dan syair penuh makna.

Tari Tarek Pukat mengandung makna simbolik, sebagai gambaran seluruh gerakan dalam tarian ini dibawakan untuk bekerja sama dalam membuat pola gerakan yang artistik.

Pada dasarnya, gerakan tarian ini sangatlah sederhana, hanya saja membutuhkan kekompakan dan fokus dalam gerakan duduk berbaris.

Gerakan dalam formasi duduk itu menjadi proses pembuatan pukat, dimana para wanita yang sudah menyiapkan properti masing-masing satu utas tali, berdiri dan duduk sambil merangkai simpul tali hingga menjadi jaring sederhana sepanjang 3 meter.

Seniman Aceh, Imam Juaini, mengatakan tarian Tarek Pukat merupakan tari kreasi yang mentradisi.

Ia mengakui tarian ini digarap dengan kekuatan ide untuk melahirkan karya seni yang mengekspresikan akar budaya tradisional.

“Inilah kekuatan sebuah karya. Inspirasinya benar-benar digali  dari keseharian masyarakat adat yang teguh memegang nilai tradisi,” tambahnya.(TH05)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *