Pascabanjir Aceh, Pemprov Perkuat Antisipasi Penyakit Menular

Sekda M. Nasir, saat menggelar Rapat Analisis dan Evaluasi Penanggulangan Bencana Aceh pada Hari ke-27, di Posko Tanggap Darurat, Setda Aceh. Rabu 24 Desember 2025. [Foto Dok : Humas Aceh/rahasiaumum.com]

Banda Aceh. RU – Pemerintah Aceh mewaspadai potensi peningkatan penyakit menular di lokasi pengungsian pascabanjir bandang dan longsor, terutama tuberkulosis (TBC) dan campak, akibat kepadatan hunian serta keterbatasan fasilitas pendukung.

Hal tersebut disampaikan dalam Rapat Koordinasi dan Evaluasi Penanggulangan Bencana Hidrometeorologi Aceh yang dipimpin Sekretaris Daerah Aceh M. Nasir di Posko Hidrometeorologi Aceh, Kantor Gubernur Aceh, Rabu (24/12/2025).

Asisten I Sekda Aceh M. Syakir selaku Koordinator Klaster Kesehatan menyebutkan terdapat 9.204 penderita TBC di wilayah terdampak bencana.

Kondisi pengungsian yang padat serta mobilitas warga dinilai meningkatkan risiko penularan.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh Ferdiyus menegaskan TBC dan campak menjadi ancaman utama, terutama bagi kelompok rentan di pengungsian.

“Setiap hari di pengungsian selalu terdapat kelompok rentan seperti bayi, balita, ibu hamil, dan lansia. Penyakit yang paling kami khawatirkan adalah campak dan TBC. Pemisahan pasien secara ideal memang diperlukan, namun di lapangan, terutama untuk anak-anak, hal ini sangat sulit dilakukan,” ujar Ferdiyus.

Ia juga mengungkapkan keterbatasan air bersih mulai memicu kasus penyakit kulit, meski ketersediaan obat masih mencukupi.

Saat ini, sebanyak 126 relawan kesehatan telah bertugas, dengan tambahan sekitar 600 relawan dari Kementerian Kesehatan dijadwalkan tiba awal Januari 2026.

Melalui Health Emergency Operational Center, layanan kesehatan telah menjangkau 6.073 orang dengan total 71.764 kunjungan medis. Kasus terbanyak meliputi ISPA, penyakit kulit, diare, hipertensi, dan demam.

Sekda Aceh M. Nasir menekankan Klaster Kesehatan harus bergerak cepat dan bersinergi dengan klaster lain, khususnya dalam pemenuhan sanitasi dan kebutuhan dasar guna mencegah penularan penyakit.

Selain sektor kesehatan, Basarnas masih mencari 31 korban hilang, dengan Bener Meriah dan Aceh Tengah menjadi wilayah pencarian terbanyak.

Di sektor logistik, sebanyak 740 dapur umum melayani 438.804 jiwa, sementara distribusi air bersih telah mencapai 2,56 juta liter di delapan kabupaten.

Di sektor pendidikan, 549 sekolah terdampak bencana dengan 181 mengalami kerusakan berat, sedangkan sektor pertanian mencatat sekitar 72 ribu hektare sawah rusak di 18 kabupaten dan kota.

Sekda Aceh juga menginstruksikan percepatan penyusunan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi dengan target rampung dalam 90 hari sebagai dasar pemulihan dan mitigasi risiko ke depan.(R015)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *