Kualasimpang. RU – Ratusan warga yang mengungsi di Gedung DPRK Aceh Tamiang sejak banjir menerjang pada Selasa, 25 November 2025 dilaporkan mengalami kelaparan selama empat hari tanpa suplai pangan maupun air bersih dari pemerintah daerah.
“Tidak ada pertolongan bahan makanan maupun air bersih yang disuplai dari pemerintah setempat, sehingga selama empat hari kami merasakan lapar. Bahkan hingga 13 hari dalam pengungsian, belum ada dibantu sembako oleh pemerintah Aceh Tamiang,” ujar pengungsi, Nedy Saragih, kepada rahasiaumum.com, Senin (08/12/2025).
Nedy menceritakan, pada hari kelima, para pengungsi memungut empat pepaya muda yang hanyut terbawa arus dan menepi di teras gedung.
“Oleh Wak Nur, 4 buah pepaya itu dikupas lalu diiris-iris sebesar induk jari, kemudian dibagikan satu per satu kepada para anak-anak balita yang kelaparan,” katanya.
Meski rasanya getir, balita tetap memakan potongan pepaya karena tidak ada pilihan lain.
Pada hari-hari berikutnya, mereka terpaksa mengonsumsi pisang mentah yang juga terbawa banjir.
Air hujan yang ditampung menggunakan gelas plastik menjadi satu-satunya sumber minum, sementara tangis lapar balita terus terdengar sepanjang malam.
Bantuan pertama tiba pada 2 Desember 2025 dari Rabitha Alawiyah.
“Bukan hanya obat-obatan saja yang mereka bawa, tetapi lengkap dengan dokternya yang langsung memberikan layanan kesehatan secara cuma-cuma,” ujar Nedy. Komunitas itu juga menyalurkan sembako, air mineral, pakaian layak pakai, dan tikar.
Beberapa hari kemudian, dukungan tambahan berupa sembako, kasur, kereta sorong, skop, dan air mineral mengalir dari Lions Club.(S011)















