Haba Dang Deria, Seni Tutur yang Dimainkan Lintasgenerasi di Aceh

agus-pmtoh
Seniman Haba Dang Deria, Agus PMTOH memainkan repertoar "Jiwa Laut" di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Minggu (16/12/2018). (Arsip: Tribunnews.com)

Blangpidie. RU – Haba Dang Deria –kemudian lebih sering disebut Dang Deria– ini berasal dari Manggeng (sekarang masuk wilayah kabupaten Abdya).

Seni tutur ini layaknya story telling, seni yang mengeksploitasi kekuatan cerita, tanpa diiringi musik namun menggunakan banyak properti untuk mengilustrasikan situasi yang diceritakan..

Seni tradisional Aceh ini sangat digemari masyarakat di Manggeng dan daerah-daerah lainnya di wilayah pantai barat Aceh.

Di tahun 70-an, Dang Deria kerap dipentaskan saat acara maulid nabi, resepsi pernikahan, maupun sunnat rasul. Sehingga muncul banyak seniman Dang Daria di Aceh seperti Muda Belia dan Adnan PMTOH yang legendaris.   

Menurut sejarahnya, Haba Dang Deria adalah karya seni pertunjukan yang diwarisi dari seniman bernama Mak Lapee.

Saat ini, generasi tua di Manggeng masih bisa mengenang aksi Mak Lapee yang selalu tampil mengisahkan cerita Dangderia yang sering kali tidak selesai dalam satu malam.

Bahkan, para penonton bisa sangat antusias mendengarkan cerita itu dari usai salat Isya, hingga waktu subuh.

Seni tutur itu, semakin populer saat dibawakan Muda Balia, seniman yang disebut-sebut merupakan anak dari Mak Lapee.

Ia juga sering menampilkan seni ini di banyak pertunjukan, seperti ketika digelar acara Pekan kebudayaan Aceh.

Seni tutur ini biasanya dimainkan untuk menceritakan banyak hal dalam dinamika kehidupan masyarakat, dalam nada/intonasi dan suara yang berbeda, terutama ketika ia sedang memainkan dua peran atau lebih dalam suatu pertunjukan.

Kelihaian Muda Balia memainkan peran dan bersuara menyaru suara perempuan, suara raja, suara prajurit, membuat suasana pertunjukan menjadi semakin menarik, ditambah pukulan bantal atau properti lainnya yang sudah disiapkan.

Untuk menjaga agar suaranya tidak parau, Muda Balia sering kali minta disiapkan air kelapa yang diletakkan tidak jauh dari tempat duduknya.

Selain Muda belia, seniman Dang Deria yang juga sempat populer yaitu Adnan PMTOH.

Adnan PMTOH kemudian berimprovisasi dengan lebih modern, menggunakan bermacam-macam alat yang membantunya pada setiap kali tampil dan bahkan membuat banyak penonton yang terpukau.

Agus PMTOH (anak dari Adnan PMTOH) kemudian melanjutkan seni tradisi ini dan  sering memenuhi undangan untuk tampil dalam pementasan di dalam dan luar negeri, sekitar tahun 80-an.(TH05)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *