Rumpun Biluluk: Motif Tua dari Kuala Batee yang Menjaga Jejak Budaya Aceh

Rumpun Biluluk, motif etnis yang berasal dari Kecamatan Kuala Batee, Abdya. Senin 24 November 2025. [Foto Dok : rahasiaumum.com/T018]

Blangpidie. RU – Di antara bentang alam Aceh Barat Daya (Abdya) yang hijau dan tenang, sebuah warisan budaya yang lama tersembunyi kembali mendapatkan panggungnya.

Namanya Rumpun Biluluk, motif etnis yang berasal dari Kecamatan Kuala Batee dan kini menjadi perhatian baru dalam upaya pelestarian budaya lokal.

Motif ini bukan sekadar ornamen. Di balik lekukannya tersimpan cerita panjang tentang ritual, adat, dan kehidupan masyarakat Abdya.

Rumpun Biluluk lahir dari Adat Manoe Pucuk—tradisi yang kemudian berkembang dalam bentuk pertunjukan Tari Pho, yang biasa ditampilkan dalam prosesi adat.

Dari tarian itulah motif ini dikenal, lalu diwariskan turun-temurun hingga menjadi bagian dari identitas masyarakat Kuala Batee.

Filosofi Kebersamaan dalam Sebuah Motif

Para tetua adat menjelaskan, garis-garis melingkar yang saling bertaut dalam Rumpun Biluluk melambangkan persatuan dan kesatuan.

Motif ini dianggap sebagai simbol nilai hidup masyarakat Aceh: saling terhubung, saling menjaga, serta tetap teguh menghadapi dinamika zaman.

“Di setiap lekukan itu ada filosofi kebersamaan. Rumpun Biluluk bukan hanya gambar, tapi cerita hidup masyarakat Abdya,” ujar seorang pegiat budaya setempat.

Nilai itu pula yang membuat motif ini perlahan kembali diminati. Dalam beberapa tahun terakhir, Rumpun Biluluk banyak diaplikasikan ke produk fesyen, kerajinan tangan, aksesori, hingga karya seni.

Generasi muda mulai mengadaptasi motif ini dalam desain modern, membuatnya tampil lebih relevan tanpa kehilangan akar tradisinya.

Dari Seminar hingga Hak Cipta

Upaya pelestarian motif ini mendapat dukungan pemerintah setempat.

Ketua Dekranasda Abdya, Ny. Ida Agustina, menyambut positif pelaksanaan seminar Bedah Motif Rumpun Biluluk dan Adat Budaya Manoe Pucok (Tari Pho) yang digelar baru-baru ini.

Seminar tersebut bertujuan menggali kembali nilai-nilai budaya yang melekat pada motif khas ini sekaligus menghidupkan pemahaman generasi muda terhadap akar budaya daerah.

“Kita ingin motif ini dikenal kembali, dipahami, lalu dilestarikan,” ujar Ida Agustina, diberitakan rahasiaumum.com, Senin (24/11/2025).

Seiring gencarnya kampanye pelestarian, pemerintah dan komunitas budaya juga memastikan perlindungan formal terhadap motif etnis tersebut.

Pada 23 November 2021, Rumpun Biluluk resmi tercatat di Kementerian Hukum dan HAM dengan nomor pencatatan ciptaan 000322197.

Langkah ini dilakukan untuk menjaga motif tersebut dari klaim pihak luar sekaligus memperkuat posisinya sebagai bagian dari kekayaan budaya Abdya.

Agar Tetap Hidup di Tengah Arus Zaman

Kini, festival budaya, pameran seni, dan berbagai kegiatan kreatif digelar untuk memperkenalkan kembali Rumpun Biluluk kepada publik.

Tidak hanya sebagai dekorasi, motif ini dihadirkan sebagai narasi—tentang jati diri, penghormatan terhadap leluhur, dan usaha menjaga kesinambungan budaya.

Bagi masyarakat Kuala Batee, Rumpun Biluluk adalah lebih dari sekadar motif.

Ia adalah jejak panjang yang menandai siapa mereka dan dari mana mereka berasal.

Upaya pelestariannya menjadi cara untuk memastikan bahwa nilai-nilai budaya Abdya tetap hidup, bahkan ketika dunia terus berubah.(T018)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *