Banda Aceh. RU – Tari Ratoh Jaroe, berakar dari kesenian Ratoeh (berasal dari kata Rateeb- red) yang hidup dalam masyarakat tradisional Aceh sejak abad ke-16, sebagai kesenian rakyat dengan musik berciri India, sementara syairnya berisi zikir dan shalawat yang diwarisi dari ulama Arab.
Di Provinsi Aceh –wilayah yang dulunya menjadi tempat pembauran budaya (India-Arab-Eropa) di Asia Tenggara yang disinggahi para pelaut asing (981-1873 M)– kesenian ini (Ratoeh) kemudian menginspirasi penciptaan karya seni tari Ratoh Jaroe yang memancarkan pesona istimewa dalam panorama seni-budaya Indonesia.
Penari duduk sejajar sempurna, menciptakan gerakan yang dinamis dan sangat mengunggulkan kekompakan menjadi salah satu ciri khas dari tarian ini.
Tari Ratoh Jaroe ini dilahirkan seniman Aceh yang terinspirasi dari kesenian asli Aceh; Ratoeh (seni gerak tubuh dalam posisi duduk), dengan menambah koreografi artistik melalui pola gerakan tangan yang unik.
Gerakan dalam ritme cepat diiringi alat musik rapa’i menjadi daya tarik yang selalu memukau penonton dalam setiap pementasannya.
Tarian ini karya seorang ‘anak sanggar’ bernama Dek Gam, penari dan musisi yang merintis karier seniman di Aceh sekitar tahun 1990-1999.
Di tahun 2000-an, Dek Gam merantau ke Jakarta dengan membawa bakat sebagai seorang seniman dan dipercayai menjadi pelatih tari di Anjungan Aceh di Kompleks TMII, Jakarta.
Dalam sebuah festival seni tingkat nasional (Parade Nusantara) yang digelar di TMII-Jakarta, Dek Gam mampu memadukan kesenian tradisi dengan perkembangan seni tari modern, sehingga ia terpilih sebagai koreografer terbaik.
Prestasi ini mendorongnya menciptakan Tari Ratoh Jaroe yang bisa ditampilkan secara kolosal baik di dalam ruangan maupun lapangan terbuka.
Dek Gam pun memperkenalkan tarian ini ke sejumlah sekolah SMA di Jakarta untuk dimasukkan sebagai materi ajar mata pelajaran kesenian, melalui kegiatan ekstrakurikuler yang dikompetisikan.
Hingga akhirnya, tarian ini banyak dipentaskan di sejumlah acara formal dan informal, hingga pernah menjadi tarian pembuka ajang Asean Games Tahun 2018 di Jakarta.
Hingga kini, sejumlah sekolah SMA/sederajat di Jakarta masih menjadikan Tari Ratoh Jaroe sebagai ekstrakurikuler pilihan dan sering dikompetisikan antarsekolah, juga dalam memeriahkan hari-hari besar nasional.(TH05)















