Jantho. RU – Tari Likok Pulo berasal dari salah satu pulau terluar Indonesia, tak jauh dari Sabang, tepatnya di Kampung Ulee Paya – Pulo Breuh (bagian dari Kecamatan Pulo Aceh, Kab.Aceh Besar), yang sejak dulu sering disinggahi para pelaut tangguh dari berbagai bangsa .
Ritme kehidupan masyarakat Pulo Aceh tergambar dalam gerakan tarian, dan syair berisi nasihat hidup dan keyakinan Islam yang diciptakan ulama Arab sekitar tahun 1845-1849.
Beberapa even wisata di Banda Aceh, Sabang, dan Aceh Besar hingga kini masih mementaskan Tarian Likok Pulo sebagai sebuah atraksi seni untuk menarik wisatawan.
Tarian ini biasanya dibawakan oleh 10-12 penari dengan posisi duduk bersimpuh, memainkan gerakan tangan dan kepala dalam ritme cepat, menyesuaikan syair dan irama rapa’i.
Sejarah Likok Pulo
Ada beberapa versi terkait asal mula tarian ini. Namun menurut buku ‘Tari Likok Pulo di Aceh Besar’ yang ditulis oleh Ahmad Sya’i, menyebutkan versi paling umum yang berkembang di masyarakat, yaitu ketika seorang ulama tua berasal dari Arab menetap di Gampong Ulee Paya sekitar tahun 1845-1849.
Ulama itu bernama Syeikh Ahmad Badron yang disebutkan hanyut dan terdampar ke Pulo Breuh. Kehadiran ulama itu membuat masyarakat Pulo Aceh sangat senang.
Ulama Syeikh Ahmad Badron pun menjadi panutan dalam kehidupan beragama masyarakat Pulo Aceh. Tapi ia prihatin terhadap kondisi masyarakat saat itu, yang sudah memeluk agama Islam namun masih kurang sempurna pengamalannya.
Syeikh Ahmad Badron kemudian memikirkan bagaimana cara mengembangkan ajaran Islam agar dapat dijalankan penuh gairah dan sempurna oleh masyarakat.
Syeikh melihat bahwa masyarakat Aceh sangat lihai dan gemar bermain rapa’i (alat musik perkusi tradisional Aceh).
Ia pun memanfaatkannya untuk menyebarkan dakwah melalui kesenian rapai yang dipadukan dengan gerakan tangan sambil melantunkan syair-syair Islam seperti berzikir kepada Allah SWT dan bersalawat kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Sejak saat itu, tari Likok Pulo selalu menjadi penampilan yang ditunggu-tunggu dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan hari besar Islam lainnya. Serta menjadi kesenian rakyat yang terus berkembang dalam kegiatan berkesenian di Aceh, sehingga sering juga ditampilkan di luar Pulo Aceh.
Sementara, kawasan Pulo Aceh saat ini masuk dalam wilayah strategis nasional bersama Sabang, sebagai pulau terluar di ujung barat Indonesia yang menjadi gerbang Selat Malaka, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.
Hingga tahun 2025, tingkat kunjungan wisata ke kawasan ini pun semakin meningkat, sering dengan potensi multi-kompleks antara pertahanan negara, industri migas, wisata bahari, dan budaya yang mengakar dari masyarakat adat setempat.(TH05)















