Muslim Ayub Desak Imigrasi Tolak Kedatangan Atlet Israel di Kejuaraan Dunia Senam 2025

Muslim Ayub, Anggota Komisi XIII DPR RI dari Fraksi NasDem. Kamis 9 Oktober 2025. [Foto Dok: Pribadi/rahasiaumum.com]

Jakarta. RU – Anggota Komisi XIII DPR RI dari Fraksi NasDem, Muslim Ayub, meminta Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM menolak kedatangan atlet asal Israel yang dijadwalkan bertanding dalam Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 di Jakarta.

Menurut Muslim, penolakan tersebut merupakan bentuk penegakan hak kedaulatan negara sebagaimana diatur dalam hukum internasional.

Ia menegaskan, keputusan menerima atau menolak visa sepenuhnya menjadi hak prerogatif negara, dan Indonesia memiliki dasar hukum yang kuat untuk bersikap tegas terhadap pihak yang dianggap melanggar prinsip kemanusiaan.

“Penolakan terhadap atlet Israel bukanlah tindakan diskriminatif, melainkan bentuk penghormatan terhadap prinsip kemanusiaan universal. Israel telah berulang kali melanggar norma jus cogens, termasuk larangan genosida dan apartheid,” kata Muslim di Jakarta, Kamis (09/10/2025).

Ia menilai, kehadiran atlet Israel di Jakarta berpotensi menimbulkan gejolak publik dan mencederai konsistensi politik luar negeri Indonesia yang sejak awal berpihak pada kemerdekaan Palestina.

“PB Persani jangan bermain di wilayah yang menyentuh luka sejarah bangsa. Ini bukan sekadar urusan olahraga, tetapi persoalan moral dan konstitusi,” ujarnya.

Muslim mengutip Pembukaan UUD 1945 yang menegaskan bahwa penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

“Sikap itu menjadi fondasi moral bagi Indonesia untuk menolak segala bentuk normalisasi dengan pihak yang melakukan penindasan,” katanya.

Ia juga menyoroti Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang memberi kewenangan kepada pejabat imigrasi menolak masuknya orang asing yang dianggap mengganggu ketertiban umum dan keamanan nasional.

“Imigrasi punya dasar hukum yang jelas untuk menolak. Jangan biarkan simbol penjajahan menjejak di tanah Indonesia,” tegasnya.

Muslim menegaskan, sikap tersebut bukan anti-perdamaian, melainkan bentuk diplomasi moral Indonesia di tengah tragedi kemanusiaan di Gaza.

“Selama Palestina belum merdeka dan genosida masih terjadi, Indonesia wajib berdiri di sisi kemanusiaan. Ini bukan soal olahraga, tapi soal martabat bangsa,” ujarnya menutup.(AFW016)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *