Aceh Besar Terapkan SPT dan Beut Kitab Bak Sikula

Bupati Aceh Besar, Muharram Idris membuka acara Pelaksanaan FGD Evaluasi Penerapan Sistem Pendidikan Terpadu di Gedung Dekranasda, Gampong Gani, Kecamatan Ingin Jaya. Sabtu 27 September 2025. [Foto Dok: MC Aceh Besar/rahasiaumum.com].

Jantho. RU – Pemerintah Kabupaten Aceh Besar menggelar Focus Group Discussion (FGD) Evaluasi Penerapan Sistem Pendidikan Terpadu (SPT) sekaligus implementasi program Beut Kitab Bak Sikula.

Kegiatan yang bertujuan untuk mencetak peserta didik berkarakter itu dilaksanakan di Gedung Dekranasda Aceh Besar, Gampong Gani, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Sabtu (27/09/2025).

Bupati Aceh Besar Muharram Idris (Syech Muharram) dalam arahannya menegaskan bahwa program Beut Kitab Bak Sikula telah berjalan hampir dua bulan dan merupakan salah satu cita-cita yang ia canangkan bersama wakil bupati sejak pencalonan.

“Ini adalah program yang lahir dari cita-cita besar kami, agar pendidikan di Aceh Besar tidak hanya mencerdaskan secara akademik, tetapi juga membentuk karakter Islami bagi anak-anak,” ujarnya.

Menurut Syech Muharram, Aceh memiliki keistimewaan dalam bidang pendidikan dan keagamaan yang seharusnya menjadi acuan dalam membuat kebijakan, bukan semata-mata mengikuti sistem pendidikan yang diterapkan pusat.

“Setiap kebijakan dari pusat bisa kita sesuaikan, karena kita punya hak istimewa. Jadi kita harus berani menggunakan regulasi daerah yang sudah diatur dalam keistimewaan Aceh,” tegasnya.

Ia mengatakan, saat ini 70 persen sekolah di Aceh Besar masih berupa sekolah pendidikan umum, sementara sekolah terpadu baru sekitar 30 persen.

Oleh karena itu, pemerintah daerah akan melakukan perekrutan guru Beut Kitab untuk seluruh sekolah pada tahun anggaran berikutnya, setelah melakukan evaluasi dan perluasan program tersebut.

Selain isu pendidikan, Syech Muharram juga menyinggung rendahnya pemanfaatan teknologi digital untuk mempublikasikan program pemerintah.

Ia menilai banyak program hanya diketahui oleh peserta kegiatan, tanpa terpublikasi secara luas.

“Kita lalai memanfaatkan digitalisasi. Bahkan kita lebih banyak memenuhi ruang publik dengan spanduk ucapan hari besar, tapi jarang mempromosikan potensi daerah. Padahal Aceh Besar dulu pintu masuk Asia Tenggara, kini hanya sebatas pintu masuk Aceh,” kritiknya.

Dalam kesempatan itu, Syech Muharram juga mengingatkan pentingnya memperingati ulang tahun Kabupaten Aceh Besar, bukan sekadar ulang tahun ibukota.

“Kabupaten Aceh Besar sudah tua (sudah ada sejak 590 Masehi) dan disahkan sebagai daerah otonom pada tahun 1956, jauh sebelum Jantho ditetapkan sebagai ibukota pada tahun 1979. Ini tugas MPD untuk menelusuri ulang tahun kabupaten agar bisa kita peringati dengan layak,” jelasnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *